Sabtu, 15 April 2017

Dalam sebuah puisi sufinya bertajuk “Syahadat Kita”, #Jalaluddin Rumi

Rahasia yang Tak Terungkap Apapun yang kau dengar dan katakan (tentang Cinta), Itu semua hanyalah kulit. Sebab, inti dari Cinta adalah sebuah rahasia yang tak terungkapkan. Pernyataan Cinta Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata, Kusimpan kasih-Mu dalam dada. Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu, Segera saja bagai duri bakarlah aku. Meskipun aku diam tenang bagai ikan, Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan Kau yang telah menutup rapat bibirku, Tariklah misaiku ke dekat-Mu. Apakah maksud-Mu? Mana kutahu? Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu. Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu, Bagai unta memahah biak makanannya, Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa. Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata. Aku bagai benih di bawah tanah, Aku menanti tanda musim semi. Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi, Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi.

AMALAN LAHIR DAN AMALAN BATIN

SYARIAT ialah amalan-amalan lahir yang diperintahkan kepada umat Islam baik wajib maupun sunat. Dan apa saja yang dilarang baik yang haram atau makruh termasuk juga amalan-amalan yang kedudukannya mubah. Syariat lahir terbagi dua : 1. Hablumminallah 2. Hablumminannas Hablumminallah ialah amalan-amalan yang termasuk persoalan ibadah. Contohnya solat, puasa, zakat, haji, baca Al Quran, doa, zikir, tahlil, selawat dan lain-lain. Hablumminannas ialah amalan-amalan lahir kita yang termasuk dalam bidang-bidang muamalat (kerja-kerja yang ada hubungannya dengan masyarakat), munakahat (persoalan kekeluargaan) dan jenayah serta tarbiah Islamiah, soal-soal siasah, fisabilillah, jihad dan persoalan alam beserta isinya. Sedangkan HAKIKAT ialah amalan batin yang diperintahkan ataupun yang dilarang oleh Allah SWT kepada umat Islam. Amalan yang diperintahkan, dikenal sebagai sifat mahmudah (sifat-sifat terpuji) dan yang dilarang ialah sifat mazmumah (sifat-sifat terkeji). Hakikat juga terbagi dua : 1. Berakhlak dengan Allah 2. Berakhlak dengan manusia Bentuk-bentuk akhlak dengan Allah di antaranya ialah : Mengenal Allah dengan yakin Merasakan kehebatan Allah Merasa gentar dengan Neraka Allah Merasa senantiasa diawasi oleh Allah Merasa hina diri dan malu dengan Allah Merasa redha terhadap setiap takdir dan ketentuan Allah SWT Sabar dengan berbagai ujian Allah Mensyukuri nikmat-nikmat pemberian Allah Mencintai Allah Merasa takut pada Allah atas kelalaian dan dosa-dosa Tawakal kepada Allah Merasa harap pada rahmat Allah Rindu pada Allah Senantiasa mengingat Allah Rindu pada syurga Allah karena ingin bertemu dengan-Nya Bentuk-bentuk akhlak kepada manusia : Mengasihinya sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri Merasa gembira di atas kegembiraannya dan turut berdukacita karena kedukacitaannya Menginginkan kebahagiaan untuknya di samping berharap agar musibah menjauhinya Benci pada kejahatannya tetapi kasihan pada dirinya hingga timbul perasaan untuk menasehatinya Pemurah padanya Bertenggang rasa dengannya Mengenang jasanya dan berusaha membalasnya karena Allah Memaafkan kesalahannya dan sanggup meminta maaf atas kesalahan padanya Kebaikannya disanjung dan diikuti, kejahatannya dinasehati dan dirahasiakan. Lapang dada berhadapan dengan macam-macam manusia, Bersikap baik sangka kepada sesama orang Islam. Tawadhuk dengan sesama manusia. Keduanya, syariat dan hakikat adalah perkara yang sangat penting untuk membentuk pribadi yang benar-benar bertakwa dan terlepas dari sifat-sifat munafik. Kita wajib mengamalkan keduanya secara serentak dan seiring. Namun mesti diakui bahwa tidak mudah bagi kita untuk mengamalkannya. Allah SWT menjelaskan hal itu dengan firman-Nya dalam surah Al Baqarah : Terjemahannya : "Mintalah bantuan dalam urusanmu dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu adalah sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa kepada-Nya lah mereka akan kembali." (Al Baqarah : 45) Allah SWT mengatakan untuk menjadi orang yang sabar itu susah dan untuk menjadi orang-orang yang tetap mengerjakan shalat itu juga susah. Maknanya amalan lahir dan batin itu memang susah untuk diamalkan. Tetapi hal itu menjadi mudah bila kita dapat memiliki sesuatu yang lebih penting dari keduanya yaitu rasa khusyuk dengan Allah (rasa diawasi Allah setiap masa), yakni yakin dengan pertemuan dan pengembalian diri ke hadirat Allah SWT di akhirat nanti. Dari situ kita akan faham bahwa di antara amalan lahir dan batin, yang mesti diberatkan dan didahulukan pada diri kita ialah amalan batin. Kita berusaha dulu mendapatkan rasa khusyuk atau yakin akan kewujudan Allah serta pertemuan kembali kita dengan-Nya di satu hari nanti, barulah kita akan memiliki kekuatan untuk mengamalkan syariat dan hakikat. Tanpa rasa khusyuk itu, kita tidak akan dapat mengalahkan hawa nafsu dan syaitan yang senantiasa bersungguh-sungguh mengajak kita mendurhakai Allah. Itulah panduan kita untuk memperjuangkan Islam dalam diri kita. Yang mesti didahulukan ialah berusaha supaya hati kita berubah, dari hati yang tidak kenal Allah kepada hati yang khusyuk dan cinta kepada Allah. Dari hati yang lalai kepada hati yang senantiasa mengingat Allah. Bila hati sudah cinta pada Allah, kita akan merasa ringan dalam menerima dan mengamalkan syariat Allah lahir dan batin

SIAP Wacana » Masukkan Kacang Hijau ke Kotak Bekas Minuman, Hasilnya Wow…

Masukkan Kacang Hijau ke Kotak Bekas Minuman, Hasilnya Wow…

Minggu, 19 Maret 2017

Agama Alloh

Agama itu akal. Rasululloh bersabda : Agama itu akal, tidak ada Agamanya untuk orang tidak berakal. Akal berasal dari bahasa Arab, yaitu “Al-Aqlu”. Akal merupakan perpaduan atau rangkaian dari unsur-unsur sebagai berikut : 1. Pikiran (Cipta) 2. Perasaan (Rasa) 3. Kemauan (Karsa) Agama Nabi berpijak pada 2 (dua) landasan, yaitu : 1. Kemerdekaan berpikir. 2. Kemerdekaan kehendak. Rasululloh Saw. Telah menyatakan bahwa Agama itu Akal, artinya kita harus selalu menggunakan akal kita dalam menuntut serta mempelajari Ilmu pengetahuan dalam bidang kerohanian. Dalam pelajaran Agama yang menjurus kapada ketuhanan Ynag Maha Esa, akal kita harus dipakai sebagai alat yang paling utama (trpenting) untuk menuntut dan mempelajari Ilmu yang Sejati. Semua Ilmu pengetahuan dalam bidang kerohanian harus dapat dibuktikan dan dipahami oleh akal kita dengan jelas dan nyata. Kita tidak boleh hanya percaya begitu saja dalam menerima palajaran dibidang Ilmu kerohanian, sebelum kita mengadakan penelitian dan pembuktian yang nyata dengan menggunakan akal pikiran yang objektif. Akhirnya Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bermanfaat apabila telah diamalkan, yaitu dikerjakan dan dilaksanakan serta disebarkan luaskan untuk masyarakat. Alloh berfirman tentang akal : Az-Zumar (39 ayat 18): Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Alloh petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. Yunus (10 ayat 1000): Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Alloh, dan Alloh menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. Dan Surah Aal-Imraan (3 ayat 7): Dia yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu : diantara ada ayat-ayat yang muhkamat (terang maknanya), itulah ibu (pokok) kitab, dan yang lain mutasyabihat (tidak terang maknanya). Maka adapun orang-orang yang hatinya cenderung pada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya (menurut kemauannya0, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Alloh. Dan orang-orang yang mendalam Ilmunya berkata : Kami beriman dengannya (kepada ayat-ayat yang mutasabihat) semuanya itu dari sisi Tuhan kami” dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang mempunyai pikiran (akal) Agama Alloh adalah satu. Risalah-risalah yang dibawa para Nabi semua turun dari Alloh SWT. Yang Maha Tahu, Maha Mengerti, dan Maha Bijaksana. Karenanya semua merupakan satu jalan, yang ditempuh oleh orang-orang dahulu dan sekarang. Dari sisi penerimaan kita terhadap dakwah para rasul yang diisaratkan oleh Al-Qur’an tiu, kita dapati bahwa agama yang disebarkan oleh semua rasul itu adalah satu, nyaitu Islam.